![]() |
| ilustrasi : wanita yang terluka |
Terkadang seseorang merasa tahu bagaimana cara membahagiakan seseorang dan seberapa besar orang itu dianggap sudah bahagia. Perasaan itu bahkan dijadikan alasan untuk meninggalkan, saat dirinya sebenarnya sudah bosan. Mereka selalu berkata bahwa meninggalkan untuk kebahagiaan.
Jujur saja, itu adalah salah satu pemikiran konyol. Jika dipikir kembali bagaimanapun meninggalkan seseorang hanya akan meninggalkan luka dan rasa sakit yang mendalam. Tidak ada kebahagiaan yang tercipta saat ditinggalkan.
Tak Ada Kebahagiaan Saat Perpisahan
Pasti ada tangisan, jeritan dan ratapan saat seseorang yang disayangi tiba-tiba memilih untuk pergi atau meninggalkan tanpa penjelasan atau kabar yang tak pasti. Kesedihan dan sesak dada yang merongrong dalam dada, Tidak ada senyuman apalagi wajah ceria.
Apalagi dia tahu bahwa ketakutan terbesar saat adanya pertemuan adalah perpisahan. Jadi dapat disimpulkan tidak ada kebahagiaan saat berpisah dengan orang yang selama ini dijadikan sandaran, kalaupun ada itu masih menunggu waktu yang cukup lama.
Memori dan Kenangan Yang Telah Dilewati Bersama Menjadi Racun
Jika terjadi perpisahan maka segala macam kenangan yang sudah dilewati bukannya menjadi kenangan yang manis. Tapi malah bisa menjadi racun yang semakin menyesakkan dada. Tanpa disadari air mata berlinang saat mengingat kembali beberapa kejadian atau benda dari masa lalu.
Bahkan karena begitu menyesakkannya kehilangan seseorang yang disayangi, mereka akan lebih memilih untuk meninggalkan semuanya, membuang semua benda yang dapat membangkitkan ingatan. Atau pergi sejauh mungkin, agar bayang-bayang kebersamaan tidak lagi nampak di pelupuk mata.
Mungkin Aku Memang Bisa Bahagia Tapi Itu Nanti
Tidak ada yang tahu bagaimana masa depan terjadi. Hari ini bisa sangat sayang dan bersumpah tidak akan meninggalkan, tapi dikemudian hari rasa bosan, lelah dan muak menjadikan hubungan manis itu lama-lama menjauh. Hingga akhirnya kata perpisahan terucap yang menimbulkan beban lara yang berkepanjangan sampai menjadi sebuah trauma yang menyakitkan.
Namun, Kebahagiaan itu pasti akan terjadi, entah itu kapan. Dan beberapa orang mempunyai waktu sendiri untuk lepas dari kesedihan. Jadi tidak ada yang tahu pasti kapan mereka akan sembuh dari luka dan menjadi bahagia lagi.
Luka Itu Bisa Sembuh Tapi Bekasnya Membuat Rasa Bahagia Menjadi Begitu Hambar
Waktu dan cinta dari orang-orang yang disayangi akan membuat luka yang menyakitkan lama kelamaan akan sembuh dengan sendirinya. Tapi rasa trauma, ketakutan untuk merasakan rasa sakit yang sama menjadi bekas yang sangat sulit untuk dihilangkan. Hal ini tentu saja berakibat pada kebahagiaan yang dirasakan nantinya. Perasaan bahagia tidak akan sama dan menjadi lebih hambar karena rasa takut, trauma dan benci menjadi satu.
Jadi, Jangan Pernah Jadikan Alasan Kebahagiaanku Sebagai Alasanmu Untuk Pergi
Jangan pernah berkata bahwa dengan kepergian maka hidup
seseorang akan jadi lebih baik, bebas dan bahagia. Itu hanya alasan semata agar
rasa bersalah saat meninggalkan pasangan bisa terkurang. Karena bukankah
hubungan yang tercipta adalah bentuk sebuah kebahagiaan? Sehingga apabila
hubungan itu putus yang tersisa adalah rasa sakit yang mendalam.

0 Comments