Jika kita sudah mencintai dan memberikan hati kepada
seseorang maka, terkadang kita akan melakukan apa saja untuk dirinya, bahkan
ketika dia sudah menjadi milik orang lain sekalipun. Alasan ini bukan datang
untuk menyakiti perasaan orang lain, tapi datang karena perasaan ingin selalu
dekat dan membahagiakan orang yang kita cintai. Walaupun kedengarannya naif,
tapi menjadi yang kedua adalah posisi yang selalu tidak menguntungkan, dia
harus lebih banyak mengalah dan menahan amarah. Oleh sebab itu menjadi yang
kedua, hanya bisa dilakukan oleh mereka yang benar-benar mencintai dan tidak
ingin untuk berhenti.
Menyakitkan Karena Akan Banyak Hinaan Yang Datang Kepada
Mereka
Ketika dipandang oleh orang lain, yang kedua selalu saja
mendapatkan pandangan buruk dari orang-orang sekitarnya, mulai dari perebut
hingga tak punya harga diri, selalu dilontarkan setiap saat tanpa memandang
lelah. Padahal sebenarnya niat yang mereka inginkan tidak selamanya buruk.
Mereka hanya ingin ikut membahagiakan orang yang mereka cintai dan tetap
bersamanya hingga ajal menjemput. Bahkan, juga ingin berharap agar tetap bisa
bersatu kembali, walaupun sudah tidak berada di dunia yang fana ini. Walaupun begitu
tak jarang dia masih saja dipersalahkan, sebenarnya jika kita pikirkan kembali
dengan tenang masih banyak orang yang kedua yang hanya ingin secara tulus
mencintai pasangan tanpa memiliki motif-motif tertentu. Apa salah jika
mencintai?
Menyakitkan Karena Dipersalahkan Atas Sakitnya Orang Lain
Siapasih yang tidak punya rasa cemburu? Setiap orang pasti
punya perasaan itu, bahkan ketika seorang anak mendapatkan adik baru terkadang
dia merasakan kecemburuan atas kasih sayang yang berkurang dari orang tuanya.
Cemburu adalah hal yang wajar, tapi cemburu hingga menyakiti orang lain dan
pasangannya tentu saja sudah dianggap cukup keterlaluan. Hanya karena dirinya
seakan disakiti, padahal tanpa sadar dia sedang menyakiti orang lain. Tapi
selalu saja yang kedua yang akan disalahkan dalam hal ini, padahal dia sama
sekali tidak melakukan perbuatan yang sekiranya benar-benar menyakiti
pasangannya. Dia hanya ingin membantu sebisa yang dia mampu dan membuat orang
yang dikasihinya setidaknya merasa bahagia dengan kehadirannya.
Menyakitkan Karena Harus Selalu Mengalah dan Menahan Amarah,
Bahkan Harus Meredakan Hasrat Untuk Lebih Dekat dan Memiliki
Ketika yang pertama melampiaskan kemarahannya kepadanya,
maka yang kedua harus mau, tidak mau menerimanya dengan sabar, bahkan sebanyak
apapun dia disakiti dan dihina, dia harus tetap diam dan mengalah. Ketika dia
dipojokkan dan difitnah dia juga harus bisa menahan amarah dan tidak membantah
sedikitpun, mungkin itu adalah hukuman untuk dia. Tapi baginya ini adalah salah
satu ujian yang diberikan oleh sang pencipta, ujian yang menyatakan bahwa dia
benar-benar tulus hanya ingin mencintai dan bersama pasangannya.
Menyakitkan Karena Walaupun Cintanya Begitu Tulus Untuk
Pasangannya Dia Akan Tetap Mendapatkan Porsi Sebagai Yang Kedua
Melihat seberapa besar hinaan, cacian dan segala hal yang
diterimanya, dia bahkan tetap dengan sabar menerima itu semua dan memilih untuk
diam, karena dia sadar ada seseorang yang tersakiti walaupun dia sama sekali
tak punya niat untuk menyakiti orang lain. Bahkan segala ketulusan yang dia
miliki tetap tidak menjadikan dia mendapatkan kesempatan lebih untuk bersama
dengan pasangan. Pasangannya akan tetap mencoba berperilaku adil dan tidak
ingin membela siapapun, dan berusaha untuk melerai dan menghentikan amarah.
Apalagi yang kedua juga menyadari bahwa dia harus lebih banyak mengalah, dan menerima
apa yang bisa didapatkannya.
Menyakitkan Karena Walapun Itu Akan Sangat Menyakitkan Dia Tidak Bisa Berhenti Untuk Mencintai Pasangannya
Walaupun harus banyak melewati rintangan, dia harus tetap
sabar meski disakiti dan dia sudah tau resikonya dari awal, dia tetap memilih
untuk setuju menjadi yang kedua. Dari awal dia sudah mengetahui bahwa menjadi
yang kedua akan menyakiti dirinya dan membuatnya seakan-akan menjadi yang
bersalah. Tanpa melihat niatnya yang hanya ingin membahagiakan dan bersama orang
yang dicintainya. Parahnya, setelah mengetahui itu semua dia tetap setuju dan
bulat dengan keputusannya sebagai yang kedua, meskipun sangat menyakitkan
segala penghinaan yang akan dia dapatkan tapi dia merasa lebih menyakitkan jika
dia berhenti mencintai pasangannya. Dia hanya berpikir asalkan pasangannya bisa
bahagia bersamanya, maka segala sakit yang dia terima akan setimpal dan menjadi
tabungan untuk bersama dengan pasangannya tidak hanya di dunia tapi di akhirat
nanti saja. Sungguh dia hanya berharap akhir terbaik dari kisah cintanya itu.
0 Comments